KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada
Allah SWT, karena atas izin-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini saya susun berdasarkan data dari berbagai sumber yang saya
dapatkan dan saya mencoba menyusun data-data itu hingga menjadi sebuah karya
tulis ilmiah sederhana yang berbentuk makalah.
Asam dan basa merupakan
sesuatu yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari. Banyak barang yang
kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk ke dalam contoh asam dan
basa. Seperti buah-buahan, sayur-sayuran, bahan industri, dan lain
sebagainya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pun untuk
teman-teman yang akan membuat makalah dengan tema yang sama.
Saya
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat banyak kekurangannya,karena
pengetahuan saya yang kurang luas, oleh karena itu segala kritik dan saran
sangat saya harapkan agar dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan
tersebut.Terima kasih.
Pekanbaru
, Desember 2015
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ................................................
Daftar
isi ...........................................................
Bab
I PENDAHULUAN
Latar
belakang....................................................
Permasalahan.....................................................
Maksud
dan tujuan.............................................
Bab
II ISI
Landasan
Teori...................................................
Bab
III PENUTUP
Kesimpulan........................................................
Daftar
pustaka....................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Asam
dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal
dari bahasa Arab yang berarti abu. Asam dan basa secara tidak sadar
merupakan bagian dari kehidupan kita. Kita senantiasa berinteraksi dengan asam
dan basa setiap hari. Makanan yang kita konsumsi sebagian besar bersifat asam,
sedangkan pembersih yang kita gunakan (sabun, detergen, dll.) adalah basa.
Enzim-enzim dan protein dalam tubuh kita juga merupakan asam.
Selain itu, asam dan basa
sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. Keasaman tanah akan berpengaruh
terhadap kondisi tumbuhan yang ada di atasnya. Kualitas air juga dapat
ditentukan dengan mengukur tingkat keasamannya. Suatu daerah yang dilanda hujan
asam akan mengalami kerusakan lingkungan yang cukup buruk.
Kebanyakan asam dan basa
(yang belum bercampur dengan senyawa lain) di alam berupa liquid (larutan).
Karena bentuk inilah yang mudah untuk direaksikan dengan senyawa lainnya.
Meskipun asam dan basa yang kita konsumsi sehari-hari berupa padatan seperti
makanan dan sabun, namun pada akhrinya tetap butuh diencerkan juga (direaksikan
atau dicampur dengan air) agar lebih mudah diserap atau digunakan.
2. Permasalahan
1. Apakah pengertian asam basa
menurut Arrhenius?
2. Apakah pengertian asam basa
menurut Bronsted dan Lowry?
3. Apakah pengertian asam basa
menurut Lewis?
4. Apakah kekurangan dan kelebihan
konsep asam basa dari ketiga pakar kimia tersebut?
3. Maksud
dan Tujuan
Untuk
memberikan informasi kepada teman teman tentang larutan mengenai ASAM BASA
1. Untuk memenuhi tugas Mata
Pelajaran Kimia sebagai salah satu syarat pembelajaran yang diajarkan.
2. Untuk memperdalam pengetahuan
penulis dalam bidang Kimia, khususnya tentang Asam Basa .
BAB II
LANDASAN TEORI
ASAM
DAN BASA
Sekitar
tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam
sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya
terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi
sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama
oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk
asam”. Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan
oksigen dalam asam – asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810,
definisi oleh
Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu,
termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen.
Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante August
Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian
merumuskan pengertian asam.
Basa dapat dikatakan
sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu
saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.
1.
Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut
Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan
ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi
ion hidronium (H3O+).
Basa adalah zat
yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi ion hidroksida.
Konsep asam basa
Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan pada
larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.
Penetralan
terjadi karena ion hidrogen dan ion hidroksida bereaksi untuk menghasilkan air.
2.
Teori BrΦnsted dan Lowry
Di
tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan
teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam:
zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa
: zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Perhatikan
contoh berikut :
NH4 + (aq)
+ H2O(l) ⎯→ NH3(aq) +
H3O+(aq)
asam
basa
H2O(l)
+ NH3(aq) ⎯⎯→
NH4+(aq) + OH–(aq)
asam
basa
Pada contoh di atas
terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor proton) dan sebagai basa
(akseptor proton). Zat seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter).
Konsep asam-basa dari
Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep asam-basa Arrhenius karena
hal-hal berikut :
Konsep asam-basa
Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi
asam-basa dalam pelarut lain
Asam-basa Bronsted-Lowry
tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat berupa kation atau anion. Konsep
asam-basa ronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl,
yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.
3. Teori
Asam Dan Basa Menurut Lewis
Perkembangan
selanjutnya adalah konsep asam-basa Lewis, zat dikatakan sebagai asam karena
zat tersebut dapat menerima pasangan elektron bebas dan sebaliknya dikatakan
sebagai basa jika dapat menyumbangkan pasangan elektron. Konsep asam basa
ini sangat membantu dalam menjelaskan reaksi organik dan reaksi pembentukan
senyawa kompleks yang tidak melibatkan ion hidrogen maupun proton.
Asam
: zat yang dapat menerima pasangan electron (akseptor pasangan electron)
Basa
: zat yang dapat memberikan pasangan electron (donor pasangan electron).
Lewis mengamati bahwa
molekul BF3 juga dapat berperilaku seperti halnya asam (H+) sewaktu
bereaksi dengan NH3. Molekul BF3 dapat menerima sepasang elektron dari
molekul NH3 untuk membentuk ikatan kovalen antara B dan H.
Teori asam basa Lewis
lebih luas dibandingkan teori asam basa Arhenius dan Bronsted Lowry , karena :
Teori Lewis dapat
menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut air, pelarut bukan
air, dan tanpa pelarut sama sekali.
Teori Lewis dapat
menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan transfer proton (H+),
seperti reaksi antara BF3 dan NH3.
Kekuatan
Asam dan Basa
Pada
dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion
H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan
penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep
pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma
konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan :
1.
Derajat keasaman (pH)
Untuk
air murni pada temperatur 25 °C :
[H+]
= [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga
pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika
pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika
pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika
pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada
temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
Asam
Kuat
Disebut
asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
Nama
|
Asam Kuat
|
|
Asam klorida
Asam nitrat Asam sulfat Asam bromida Asam iodida Asam klorat Asam perklorat Asam klorit Asam bromit Asam perbromat Asam iodit Asam periodat |
HCl
HNO3 H2SO4 HBr HI HClO3 HClO4 HClO3 HBrO3 HBrO4 HIO3 HIO4 |
|
Asam
Lemah
Disebut
asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya
derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya
(seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan
menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu.
Basa
Kuat
Disebut
basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai
pOH dari konsentrasi basanya.
Asam asetat
Asam askorbat Asam benzoat Asam borat Asam karbonat Asam sitrat Asam format Asam hidrazida Asam sianida Asam fluorida Hidrogen peroksida Asam hipoklorit Asam laktat Asam nitrit Asam oksalat Fenol C6H5OH Asam propanoat Asam sulfit Asam urat Asam fosfat Asam sulfida Asam arsenat Asam butanoat Asam heptanoat Asam heksanoat Asam oktanoat Asam pentanoat |
CH3COOH
H2C6H6O6 C7H5O2H H3BO3 H2CO3 H3C6H5O7 CHCOOH HN3 HCN HF H2O2 HClO HC3H5O3 HNO2 C2H2O4 C6H5OH CH3CH2COOH H2SO3 C5H3N4O3H H3PO4 H2S H3AsO4 C3H7COOH C4H9COOH C5H11COOH C7H15COOH C6H13COOH |
Nama
|
Basa Kuat
|
Litium
hidroksida
Atrium hidroksida Kalium hidroksida Kalsium hidroksida Rubidium hidroksida Stronsium hidroksida Secium hidroksida Barium hidroksida |
LiOH
NaOH KOH Ca(OH)2 RbOH Sr(OH)2 CsOH Ba(OH)2 |
Basa
lemah
Disebut
basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan
besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi
basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan
menggunakan rumus :
di
mana, Cb = konsentrasi basa lemah
Kb =
tetapan ionisasi basa lemah
Nama
|
Basa Lemah
|
gas amoniak
besi(II) hidroksida hidroksilamine Aluminium hidroksida Besi (III) hidroksida Amonium hidroksida Metilamin hidroksida Etilamin hidroksida |
NH3
Fe(OH)2 NH2OH Al(OH)3 Fe(OH)3 NH4OH CH3NH3OH C2H5NH3OH |
Asam
dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan
Asam mempunyai rasa
masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa jenis makanan seperti
jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan beberapa produk
seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu . Sebaliknya, basa
mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan untuk menguji
adanya asam dan basa, karena beberapa asam dan basa dapat mengakibatkan luka
bakar dan merusak jaringan.
Seperti halnya rasa,
sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa, meskipun kita
telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau mencuci. Basa
(seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit
sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi ini merupakan bagian
dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan proses
pembersihan dari produk pembersih saluran.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.Asam
Basa Menurut Arrhenius :
a. Asam adalah zat yang dalam
air melepakan ion H+
b. Basa adalah zat yang dalam
air melepaskan ion OH–
c. Konsep asam basa dari Arrhenius
masih belum sempurna karena hanya terbatas dalam pelarut air saja.
2. Asam
Basa Menurut Bronsted dan Lowry :
1. Asam adalah zat yang
menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain.
2. Basa adalah zat yang
dapat menerima / akseptor proton (H+) dari zat lain.
3. asam-basa dari
Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada konsep asam-basa Arrhenius karena tidak
terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam
pelarut lain. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga
dapat berupa kation atau anion .
3.Asam
Basa Menurut Lewis :
1. Asam : zat yang dapat menerima
pasangan electron (akseptor pasangan electron)
2. Basa : zat yang dapat
memberikan pasangan electron (donor pasangan electron).
3. Teori asam basa Lewis
lebih luas dibandingkan teori asam basa Arhenius dan Bronsted Lowry , karena
dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut air, pelarut
bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali. Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi
asam basa yang tidak melibatkan transfer proton (H+), seperti reaksi antara BF3 dan
NH3.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kekuatan-asam-dan-basa/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/konsep-ph-poh-dan-pkw/
http://www.smkn1bandung.com/modul/adaptip/adaptif_kimia/larutan_asam_dan_basa.pdf
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/sifat-sifat-asam-basa-dan-garam/
purba,mikael.2006.kimia
untuk sma kelas XI. Jakarta :erlangga
purba,mukael.2006.kimia
untuk sma kelas XI semester II. Jakarta : erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar