Minggu, 23 Oktober 2016

TIMAH BANGKA

BAB I
PENDAHULUAN

       1.1         Latar Belakang
Indoensia merupakan Negara yang kaya akan bahan galian industri dimana sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pemasukan devisa yang besar bagi negara. Bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan.
 Salah satu bahan galian yang berpotensi besar di Indonesia adalan timah. Adapun penghasil timah di dunia diantaranya Nigeria,Thailand,dan Bolivia. Adapun penghasil timah terbesar di dunia berturut-turut Malaysia (35%), Indonesia (20%) & Bolivia (10%). Indonesia merupakan penghasil timah terbesar ke-2 setelah Malaysia. Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal ( 13–1600°C ), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Persebaran timah di Indonesia terdapat di daerah Kepulauan Riau, Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun atau persebaran timah mengikuti  the south east tin belt ( jalur timah Asia Tenggara ).
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang keterjadian timah, sebaran timah, jenis endapan timah, mineral yang berasosiasi dengan timah. Dalam makalah ini penulis akan mengkaji masalah timah dari keterbentukan sampai pemanfaatannya.oleh karena itu dalam penjelasan tentang timah akan di bahas pada pembahasan berikutnya.

1.    2         Maksud dan Tujuan
       1.2.1      Maksud
Adapun maksud dari makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang terbentunya genesa bahan galian terutama keterbentukan  timah serta untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Stratigrafi Indonesia.
       1.2.2      Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
                    Untuk mengetahui keterbentukan(genesa)  timah.
                    Untuk mengetahu jenis-jenis endapan timah
                    Untuk mengetahui jenis-jenis mineal utama timah dan mineral asosiasi timah.
                    Untuk mengetahui manfaat dari timah.


                     
BAB II
LANDASAN TEORI


       2.1  Geologi Umum
Indonesia merupakan salah penghasil timah, yang terletak pada jalur timah Asia Tenggara ( the south east tin belt ). Jalur ini dimulai dari Birma, Thailand, semenanjung Malaysia, hingga indonesia. Jalur timah Asia Tenggara ini di Indonesia 2/3 bagiannya terdapat di dasar laut, dengan sisa-sisa daratan berupa sederetan pulau-pulau yang bertebaran dari arah barat laut pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka, hingga Belitung dan jejak granit terakhir terdapat di pulau Karimata di timur pulau Belitung. Secara geografis gugusan kepulauan tersebut terletak diantara 980 – 1100 T dan 30 U – 90 S.
 
Endapan alluvial yang terbentang sepanjang Jalur Timah Indonesia (Indonesia Tin Belt), dari kepulauan Karimun dan Kundur di sebelah barat daya serta Pulau Bangka dan Belitung di sebelah tenggara dari Jalur Timah Asia Tenggara (South East Asian Tin Belt) yang terbentang sepanjang ± 3000 Km dari Myanmar bagian utara sampai dengan Indonesia bagian selatan.“Tin Mayor South East Asian Tin Belt”, dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a.            Sabuk timah bagian barat (Western Range)
Pada “western range”, terdapat 2 jenis granit yaitu  tipe I dan tipe S. Granit ini umumnya mempunyai butir granular walaupun  kadang ditemukan juga megakristal hornblend. Sebagian besar granit mempunyai tipe I, namun demikian beberapa granit tipe S juga dijumpai.
b.             Sabuk timah bagian tengah ( Main Range)
Granit tipe “main range “, umumnya mempunyai ciri-ciri : megakristal (terutama K-Feldspar) dan terjadi mineralisasi timah serta mineral asosiasinya seperti monasit dan wolframit. Granit ini umumnya terdiri atas granit biotit dan granit muskovit yang semuanya merupakan tipe sedimen tipe S, diperkirakan umurnya Trias.
c.            Sabuk timah bagian timur (Eastern Range)
Granit tipe “eastern range”, mempunyai komposisi bervariasi dari diorite, gabro, monzogabro, dan granit. Pada granit ini umumnya ditemukan  megakristal hornblend.  Granit yang dijumpai adalah  tipe I. Umurnya diperkirakan Permo-Trias.
        2.2  Geomorfologi
Secara fisiografsis daerah pulau Bangka termasuk dalam paparan sunda ( Sunda craton ) yang telah mengalami perataan pada tahap yang sangat tua, karena daerahnya hampir rata dan merupakan bagian dari mandala Indonesia barat yang dicirikan oleh struktur yang sedehana dan merupakan paparan dengan kedalaman kurang dari 200m dari permukaan laut ( Van Bemmelen,1949).
Paparan Sunda membentuk tepi kontinen yang kurang stabil, dikelilingi oleh sistem busur vulkanik Sunda. Ini dikonsolidasikan oleh orogenesa yang terjadi di daerah ini pada Palaesoikum Muda – Mesosoikum Tua. Siklus diatrofisma ini berawal di kepulauan Anambas dan menyebar ke arah timur laut ke Natuna dan ke arah barat daya ke kepulauan Riau dan Bangka Belitung.
            Secara morfologis daerah pulau Bangka sangat dipengaruhi oleh jenis batuan dan struktur geologinya. Bentang umum pulau bangka pada umumnya relatif datar sampai hampir datar ( peneplain ) yang merupakan hasil proses pelapukan yang ditutupi endapan alluvial yang berumur kuarter dan bukit sisa-sisa batuan beku ( granit ). Dengan stadia geomorfologi tahap lanjut, yang dicirikan mulai tersingkapnya lapisan batuan dasar dan keadaan morfologi yang diukur atau hampir datar dengan lembah. Lembah- lembah tersebut terisi material sedimen. Sistem aliran sungai antara lain membentuk pola dendritik.

        2.3          Stratigrafi
            Formasi yang tertua yang tersingkap di pulau Bangka adalah berumur Permokarbon yang merupakan batuan derajat rendah yang terdiri dari batuan sedimen antara lain : batuan pasir, batu lempung, lanau, dan batu gamping yang diterobos granit biotite. Di daerah daratan pulau Bangka tidak dijumpai adanya endapan tersier, dan diatas endapan Mesozoikum langsung di endapkan pada endapan kuarter. Sedangkan dilaut dapat dijumpai adanya endapan tersier yang berumur meosen- pliosen yaitu formasi ranggam yang terdapat disekitar laut ranggam
            Adapun urutan stratigrafi yang dijumpai dengan urutan dari muda ketua adalah :
        a. Formasi Alluvium (Qa).
     Formasi ini terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung, lumpur dan gambut. Pada bagian selatan Pulau Bangka, formasi ini terdapat sebagai endapan sungai, rawa dan pantai menutupi ketida selarasan batuan yang lebih tua. Satuan ini berumur Holosen. U Koko (1984) mengemukakan salah satu bagian dari formasi alluvium ini adalah gravel yang kaya akan timah dengan ketebalan mencapai 2 meter, bentuk butir menyudut tanggung, mengandung fosil kayu, fosil buah-buahan dan fosil cangkang. Formasi ini diperkirakan berumur Tersier Atas sampai Kuarter.
      b.  Formasi Ranggam (TQr)
   Formasi Ranggam merupakan perselingan batupasir, batulempung dan batulempung tufaan dengan sisipan tipis batulanau dan bahan organik; berlapis baik, struktur sedimen berupa perairan sejajar dan perlapisan silang siur, tebal 150 m Formasi Ranggam berumur Pliosen. Fosil yang dijumpai antara lain moluska, Amonia sp., Quinqueloculina sp., dan Trilocullina sp., dan menunjukkan umur relatif tidak tua dari Milosen Akhir.
        c.  Formasi Tanjung Genting (TRt)
       Formasi ini terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir, batupasir lempungan dan batulempung dengan lensa batugamping, setempat dijumpai oksida besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan, tebalnya antara 250 – 1.250 m. Lingkungan pengendapan diperkirakan laut dangkal, berumur Trias. Lokasi tipe terdapat di Tanjung Genting dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Bintan.
       d. Formasi Granit Klabat (TR Jkg)
       Formasi ini terdiri dari granit, granodiorit, diorit kurasa, formasi ini terdiri dari Granit biotit, Granodiorit dan Granit genesan. Granit biotit berwarna kelabu, tekstur porfiritik, dengan butiran kristal-kristal berukuran sedang-kasar, fenokris felspar panjangnya mencapai 4 cm dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit berwarna putih kotor, berbintik hitam. Granit genesan berwarna kelabu dan berstruktur perdaunan.Umur satuan Granit berumur ± 228 juta tahun yang lalu ini adalah Trias Akhir-Yura Awal dan menerobos Formasi Tanjung Genting dan Kompleks Malihan Pemali.
        e. Formasi Kompleks Pemali (CPp)
       Formasi batuan di bagian utara terdiri dari filit dan sekis dengan sisipan kuarsit dan lensa batugamping, terkekarkan, terlipatkan, tersesarkan dan diterobos oleh Granit Klabat (TR Jkg). Formasi batuan di bagian selatan terdiri dari filit, sekis dan kuarsit. Umur satuan ini tidak diketahui dengan pasti tetapi diduga Perem atau Karbon (Cissar dan Baum dalam Osberger, 1965).
        f. Formasi Diabas Penyambung (DPp)
      Formasi ini terdiri dari diabas yang terkekarkan dan tersesarkan, diterobos oleh Granit Klabat (TR Jkg) dan menerobos Kompleks Malihan Pemali (CPp). Umur diperkirakan Perem.
Jadi, stratigrafi regional Pulau Bangka dibagi menjadi enam formasi, berurutan dari berumur paling tua sampai berumur muda yaitu : Formasi  Kompleks Pemali, Formasi Diabas Penyambung, Formasi Tanjung Genting, Formasi Granit Klabat, Formasi Ranggam dan Formasi Alluvium berdasarkan(Osberger 1965).

        2.4 Struktur Geologi
Batuan yang terdapat pada pulau bangka pada umumnya terlipat kuat dengan lurus yang berarah timur barat dengan kemiringan curam. Struktur geologi regional yang dijumpai yaitu : sesar naik, sesar geser, sesar normal, lipatan, kekar dan kelurusan yang terjadi pada batuan Perm dan Trias. Lipatan berupa sinklin dan antiklin. Pola sesar yang berarah utara selatan merupakan fase sesar yang paling muda.
Perlapisan sebagian besar terdiri hampir tegak, dengan sudut kemiringan antara 700 sampai dengan 900. Arah lapisan tidak sama disemua tempat, dibagian utara Bangka perlapisan berarah timur laut – barat daya yang disebabkan adanya perlapisan silang, sedangkan bagian timur laut bangka dengan arah utara N 1200 E, dan  Bangka Tengah dengan arah N 900 E .

             2.5  Genesa Timah
Secara umum endapan timah di pulau Bangka berdasarkan genesanya terdiri dari endapan timah primer dan endapan timah sekunder. Genesa endapan timah primer terbentuk akibat dari intrusi batuan  granit biotite , dan  pada daerah kontak batuan endapan malihan  biasanya berasosiasi dengan tourmaline dan urat kuarsa timah pada zaman Triasic atas. Proses terbentuknya bermula dari adanya tekanan panas dari dalam bumi (Pneumatik hydrothermal) yang menyebabkan cairan magma yang bersifat asam mengandung gas SnFmenerobos dan mengisi celah-celah rekahan, kemudian kontak dengan lapisan tanah penutup yang berupa pasir, lanau, ataupun schist dan membeku secara perlahan-lahan  maka terjadilah reaksi kimia dasar  yang membentuk endapan timah primer.
SnF4    +    2H2O        →           SnO2    +     4HF
SnCl4   +    2H2O        →           SnO2     +     4Cl
SnO2 yang dikenal dengan kasiterite, merupakan senyawa Sn yang utama.  Seiring proses pembekuan mulailah terbentuk mineral-mineral ikutan, seperti : monazite (CeLaYTh), ilmenite (FeTiO3), xenotime (YPO4), zircon (ZrSiO4), tourmaline (HgAl3(BOH)), dan sebagainya. Dalam proses kelanjutan  dialam tropis yang panas dan lembab akan terjadi proses pelapukan, baik secara mekanik ataupun kimiawi yang kemudian berlanjut dengan proses erosi. Hasil pelapukan tersebut diangkut oleh air hujan lewat sungai-sungai dan terendapakan sepanjang aliran sungai dan lembah. Kasiterite sebagai mineral berat akan terendapkan lebih dulu, sedangkan kwarsa, zircon, monazite, ilmenite, dan xenotime sebagai mineral yang lebih ringan akan mengendap kemudian.
            Proses pengendapan yang menghasilkan timah sekunder dapat dibagi tiga tahapan, yaitu :
    Tahapan Pendahuluan ( Early Stage )
Terbentuk karena proses pelapukan kimiawi yang dilanjutkan dengan proses pengendapan. Pada tahap ini terbentuk Primitive Placer Deposit yang pada  umumnya diketemukan pada kedalaman 0 – 10 meter dari permukaan tanah. Primitive Placer Deposit terdiri dari:
a.            Residual Deposit, adalah endapan yang terjadi akibat pelapukan batu induk  dan tidak mengalami pengangkutan.
b.            Elluvial Deposit, adalah endapan hasil pelapukan yang dilakukan oleh air hujan tetapi belum diangkut  oleh air hujan.
c.            Colluvial Deposit, adalah endapan hasil pelapukan yang terjadi akibat peluncuran tanah, tetapi pada suatu tempat yang agak rata terhenti, lalu diikuti oleh proses pengayaan
d.            Kaksa, adalah endapan biji timah yang langsung berada diatas batuan dasar.
    
    T    Tahapan Pertengahan ( Middle Stage )
Pada tahap ini mineral yang telah lapuk diangkut dan diendapkan sehigga membentuk endapan alluvial yang biasa diketemukan pada kedalaman kurang dari 30 m. Endapan alluvial tersebut meliputi:
a.            Mincan, adalah endapan timah yang berada diantara dua over burden dan membuat seolah-olah orebody ini melayang.
b.            Kaksa, adalah endapan bijih timah yang langsung berada diatas batuan dasar ( granit).

       Tahapan Lanjut ( Advanced stage )
Pada tahap ini material yang diangkut dan diendapkan mengalami proses pengendapan kembali akibat perubahan muka air laut selama masa Pleistosen, sehingga membenuk  Modern Placer Deposite   yang meliputi antara lain :
a.            Alluvial Deposite, adalah endapan yang telah mengalami transportasi yang relatif jauh, baik yang disebabkan oleh air hujan maupun oleh aliran sungai yang kemudian diendapkan didaerah lembah sungai. Ciri dari bentuknya ,mempunyai butiran yang halus dan membulat.
b.            Beach Deposite, adalah endapan  hasil pelapukan yang diangkut oleh air hujan dan aliran air sungai, lalu diendapkan dipantai dengan bantuan ombak laut.

            Lapisan endapan kaksa ini biasanya terdapat pada lembah - lembah sungai purba, dimana merupakan hasil erosi pada granit. Tipe-tipe endapan timah kaksa antara lain:
a.             Endapan Kaksa Dangkal, yaitu dengan kedalaman maksimal 5 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 3 meter dan ketebalan lapisan timah 2 meter.
b.             Endapan Kaksa Agak Dalam, yaitu dengan kedalaman 3 – 13 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 10 meter dan ketebalan lapisan timah 3 meter.
c.             Endapan Kaksa Dalam, yaitu dengan ketebalan 10 – 20 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 15 meter dan ketebalan lapisan timah 5 meter,.
d.             Endapan Kaksa Sangat Dalam, yaitu dengan ketebalan < 20 meter, ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 30 meter dan ketebalan lapisan timah 10 meter.

Endapan alluvium muda yang mengandung lapisan timah mincan juga dijumpai di daerah Bemban dengan penyebarannya sesuai dengan arah lembah. Endapan ini sering terdapat pada atas endapan alluvium tua. Ciri khas endapan ini adalah kandungan bahan organik yang berwarna hitam dan bersifat humus, terdapat pada jenis tanah lempungan atau pasir lepas. Pasir ini berbutir kasar tetapi jarang dijumpai fragmen-fragmen yang berukuran gravel,
 
2.6       Mineral Utama dan Mineral Asosiasinya
Di Pulau Bangka mineralisasi berlangsung disekitar badan granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan batuan sedimen (disebut intrusi granit) sehingga deposit ditemukan di daerah kontak (Contact Zone). Dalam proses kelanjutannya terjadi proses pelapukan baik kimiawi maupun mekanis, yang kemudian berlanjut dengan proses erosi, dan tertransportasi lewat sungai. Bijih timah terdiri dari mineral Cassiterite (SnO2) sebagai mineral utama dan selalu diikuti pula oleh beberapa mineral assosiasi serta sekelompok gangue mineral.  
        a. Mineral utama 
       Mineral utama bijih timah adalah Cassiterite (SnO2). Mineral ini secara alami terbentuk dari proses hydrothermal magmatik. Timah di Indonesia (Bangka, Belitung, Singkep, dan sekitarnya) pada umumnya merupakan timah sekunder, walaupun dibeberapa tempat ditemukan timah primer. Bentuk dan system kristal Cassiterite tetragonal system. Warna mineral ini coklat atau hitam, dengan ukuran butiran yang umum terdapat +200 mesh.
          b. Mineral assosiasi
      Mineral assosiasi yang umum terdapat dalam bijih timah pada umumnya juga merupakan mineral sekunder, dengan proses pengkayaan atau terendapnya mineral tersebut bersamaan dengan pengendapan timah. Mineral assosiasi yang umum terdapat dalam bijih timah berdasarkan sifat fisik mineral dan karakteristiknya dapat ditunjukkan pada tabel 2.2



Tabel 2.1
Sifat Fisik Mineral Ikutan dan Karakteristik
No
Mineral
Rumus Kimia
Berat Jenis
Warna
Kekerasan
Kelistrikan
Kemagnetan
1.
Cassiterite
SnO2
6,8 – 7,1
Kuning, Coklat, Kuning kemerahan, Coklat kehitaman, Coklat tua
6 – 7
Conduktor
Non magnetic
2.
Ilmenite
FeTiO3
4,5 – 5
Hitam besi, Hitam keabuan
5 – 6
Conduktor
Magnetic
3.
Monazite
(CeLaYTh) PO4
4,6 – 5,3
Kuning, Jaring-jaring hijau
5 – 5,5
Non Conduktor
Magnetic
4.
Xenotime
YPO4
4,4 – 5,3
Kuning keabu-abuan
4 – 5
Non Conduktor
Magnetic
5.
Z
ZrSiO4
4,2 – 4,7
Putih bening hingga kuning, kehijauan
7,5
Non Conduktor
Non Magnetic
6.
Pyrite
FeS2
4,8 – 5
Kuning, Kuning tembaga muda
6 – 6,5
Conduktor
Non Magnetic
7.
Marcasite
FeS2
4,8 – 5
Kuning tembaga muda, kuning keabuan
6 – 6,5
Conduktor
Non Magnetic
8.
Hematite
Fe2O3
5 – 5,2
Hitam besi, abu-abu besi
5,5 – 6,5
Conduktor
Magnetic
9.
Topaz
Al2SiO4
(FOH)2
3,5 – 3,6
Tidak berwarna, Merah jambu, Ungu
8
Non Conduktor
Non Magnetic
10.
Limonite
2FeO33H2O
3,6 – 4
Coklat tua sampai Hitam
5 – 5,5
Conduktor
Magnetic
11.
Tourmaline
HgAl3(BOH)2S14O19
3 – 3,2
Hijau kehitaman, Hitam
7 – 7,5
Non Conduktor
Non Magnetic
12.
Quartz
SiO2
2,6 – 2,65
Tidak berwarna, Bening putih
7
Non Conduktor
Non Magnetic
13.
Anatase
TiO2
2,9
Kuning keputihan, Coklat, Coklat hitam
Conduktor
Non Magnetic
14.
Rutile
TiO2
4,2 – 4,3
Merah, Merah kehitaman, Kuning tua, Coklat
6 – 6,5
Conduktor
Magnetic
15.
Magnetite
FeOF2O3
4,9 – 5,2
Hitam bersih
5,5 – 6
Conduktor
Magnetic
16.
Siderite
FeCO3
3,8 – 4
Kuning kecoklatan
3,5 – 4
Non Conduktor
Magnetic
17.
Spinel
MgAl2O3
3,5 – 4,1
Biru violet, Hijau
8
Non Conduktor
Non Magnetic
18.
Galena
PbS
7,4 – 7,6
Biru kehitaman
3
Conduktor
Magnetic
19.
Wolframite
(Fe, Mn)WO4
7,1 – 7,5
Hitam, Coklat, kelabu gelap
5 – 5,5
Conduktor
Magnetic
20.
Colombite
(Fe, Mn)Nb2O6(Fe, Mn)Ta2O6
5,5  - 8,2
Hitam, Hitam kecoklatan
6
Conduktor
Magnetic
21.
Tantalite
(Fe, Mn)(Nb, Ta)2O6
7,1 – 7,5
Hitam
6
Conduktor
Magnetic
22.
Kaoline
Al2O3.2SiO2.2H2O
2 – 2,6
Putih
2 – 2,5
Non Conduktor
Non Magnetic

2.7       Manfaat Timah
            Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
        a. Logam Timah dan Paduannya
      Logam timah banyak manfaatnya baik digunakan secara tunggal maupun sebagai paduan logam (alloy) dengan logam yang lain terutama dengan logam tembaga. Logam timah juga sering dipakai sebagai container dalam berbagai macam industri. Contoh-contoh paduan antara tembaga dan timah adalah:
                           Pewter, merupakan paduan antara 85-99% timah dan sisanya tembaga, antimony, bismuth, dan timbale. Banyak dipakai untuk vas, peralatan ornament rumah, atau peralatan rumah tangga.
                     Bronze adalah paduan logam timah dengan tembaga dengan kandungan timah sekitar 12%.
        b. Plating
        Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain seperti seng, timbale dan baja dengan tujuan agar tahan terhadap korosi. Aplikasi ini banyak dipergunakan untuk melapisi kaleng kemasan makanan dan pelapisan pipa yang terbuat dari logam.
        c. Superkonduktor
   Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K. Superkonduktor dari timah merupakan superkonduktor pertama yang banyak diteliti oleh para ilmuwan contoh superkonduktor timah yang banyak dipakai adalah Nb3Sn.
        d. Solder
      Solder sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai dalam bentuk solder merupakan campuran antara 5-70% timah dengan timbale akan tetapi campuran 63% timah dan 37% timbale merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak digunakan untuk menyambung pipa atau alat elektronik
        e. Pembuatan Senyawa Organotin
      Senyawa organoti merupakan senyawa kimia yang terdiri dari timah (Sn) dengan hidrokarbon membentuk ikatan C-Sn. Senyawa ini merupakan bagian dari golongan senyawa organometalik. Senyawa ini banyak dipakai untuk sintesis senyawa organic, sebagai biosida, sebagai pengawet kayu, sebagai stabilisator panas, dan lain sebagainya.
        f. Pembuatan Senyawaan Kimia Untuk Berbagai Keperluan
    Logam timah juga dipakai untuk membuat berbagai maca senyawaan kimia. Salah satu senyawa kimia yang sangat penting adalah SnO2 dimana dipakai untuk resistor dan dielektrik, dan digunakan untuk membuat berbagai macam garam timah. Senyawa SnF2 merupakan aditif yang banyak ditambahkan pada pasta gigi. Senyaan timah, tembaga, barium, kalsium dipakai untuk pembuatan kapasitor. Dan tentu saja senyawaan kimia juga sering dipakai untuk pembuatan katalis. Senyawaan Timah yang penting adalah organotin, SnO2, Stanat, timah klorida, timah hidrida, dan timah sulfida.



BAB III
KESIMPULAN


Pada makalah ini penulis dapat menyimpulkan bahwa keterbentukan timah primer terbentuk akibat dari intrusi batuan  granit biotite  yang menerobos batuan sedimen. Proses terbentuknya bermula dari adanya tekanan panas dari dalam bumi (Pneumatik hydrothermal) yang menyebabkan cairan magma yang bersifat asam mengandung gas SnFmenerobos dan mengisi celah-celah rekahan, kemudian kontak dengan lapisan tanah penutup yang berupa pasir, lanau, ataupun schist dan membeku secara perlahan-lahan  maka terjadilah reaksi kimia dasar  yang membentuk endapan timah primer.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder. Adapun jenis-jenis endapan timah terdiri dari tiga yaitu elluvial, colluvial dan alluvial. Tetapi untuk daerah Bangka lebih banyak terdapat endapan alluvial atau lebih banyak ditemukan  timah sekunder dan sedikit di temukan timah primer.
Adapun mineral  utama bijih timah adalah Cassiterite (SnO2), sedangkan mineral assosiasi yang umum terdapat dalam bijih timah pada umumnya juga merupakan mineral sekunder, dengan proses pengkayaan atau terendapnya mineral tersebut bersamaan dengan pengendapan timah adapun contoh mineral asosiasi adalah pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit dan bisa di sebut juga sebagai mineral ikutan.
Adapun manfaat dari timah adalah sebagai pelat timah, campuran tambal gigi, sebagai pelapis stik golf maupun pelapis kaleng, dan bisa juga di buat kerajinan tangan seperti pewter.


DAFTAR PUSTAKA



Idris, Jimmy, Tambang Timah Alluvial, PT. KOBA TIN.

Sugiantoro,” Orientasi Winchaman Traininig”, PT KOBA TIN, 2005.

Sujitno, Sutedjo, 2007, Sejarah Penambangan Timah Di Indonesia, PT. TIMAH,Tbk, Pangkal Pinang, Hal 7-106.

Sunhardi, Sundrijo, Some Essential Aspects Of The Geological Chracthers Of Various secondary Tin Deposits, PT. TIMAH, Tbk.
http://www.artikelkimia.info/unsur-golongan-iv-a-timah-sn-37591519092011

http://belajarkimia.com/2010/06/timah-sn/


Editor : Aditya M. Ramdhan. Ginan Ginanjar Kosim, Rd. Firlan Firmansyah, Alzur Zanni

1 komentar:

  1. Titanium 3D printer for playing board - ITODIUM-ART
    › titanium-3d-print-for-playing titanium grades › titanium-3d-print-for-playing This 3D printer for playing board is created with our 3D printing software, citizen super titanium armor and we will help you get a great experience in the game. titanium screws You can design and print  Materials: 2.4 lb (13.1 m)- 3.5 lb (13.1 m)- 4 lb (13.1 m)- 4 lb (13.1 m)- 4 lb (13.1 titanium white acrylic paint m)- titanium ingot 3.5 lb (13.1 m)-

    BalasHapus