Senin, 24 Oktober 2016

MIGRASI DAN AKUMULASI HIDROKARBON

Migrasi Dan Akumulasi Hidrokarbon Dari Batuan Induk Menuju Batuan Dasar Yang Terekahkan

       Menurut Sircar (2004) ada beberapa kemungkinan terjadinya migrasi minyak ke batuan dasar. Pada umumnya dikenal tiga konfigurasi batuan induk dan batuan dasar, yaitu:  
  1. Batuan organik menutupi batuan dasar terekahkan ini, dan karena adanya tekanan yang lokal ke bawah, maka minyak diperas dan dialirkan ke bawah menuju batuan dasar yang terekahkan.
 2. Lateral dengan batuan dasar, namun secara topografi batuan organik di bawahnya yang memproduksi minyak dan mengalirkannya melalui lapisan pembawa, dan termigrasi keatas menuju  batuan dasar.
  3. Batuan induk terletak di bawah daripada batuan dasar. Reservoir lateral yang awalnya menjebak minyak tumpah karena adanya proses tilting atau overfilling
      Mekanisme migrasi hidrokarbon ke arah bawah dari sistem reservoir ini sangat memungkinkan ketika terjadi pembesaran rekahan yang diakibatkan selama merekah pada sebuah kondisi ketidakseragaman medan tegangan (stress field). Dilatansi pada batuan reservoir di bawah lapisan sedimen mengurangi tekanan hidrostatik pada area lokal yang terdeformasi.
      
       Akumulasi hidrokarbon pada pada batuan dasar terjadi pada kondisi yang spesifik, seperti yang telah dirangkum oleh P’an (1982). Hal itu mengikuti karakteristik umumnya:
  1.  Reservoir batuan dasar selalu terbentuk pada tinggian (high) atau pengangkatan (uplift) pada sebuah basin yang terjadi pada periode yang lama yang mengalami proses pelapukan dan erosi awal di badalam air dan terlingkupi dengan sedimen laut yang membentuk batuan penudung dan batuan induk dari reservoir.
 2. Reservoir batuan dasar selalau terbentuk dibawah sebuah ketidakselarasan regional yang menjadi hal penting pada proses migrasi minyak menuju reservoir.
   3. Semua lapisan batuan induk dari reservoir batuan dasar berada di bawah batuan reservoir, itu mengindikasikan migrasi pada suatu tempat secara lateral ke atas (laterally upward) atau lateral ke bawah (laterally downward). Kemudian berkembang adanya proses dilatansi pada batuan dasar dikarenakan oleh rekahan yang mengurangi tekanan hidrostatis didalam rekahan dan itu menjadikan sebuah gradien tekanan yang baik untuk migrasi kebawah (downward migration) (Mc Naughton, 1953).
   4. Kompaksi yang diferensial (differential compaction) pada sedimen halus (argillaceous sediment) di atas pada tinggian yang tertutupnya menyebabkan sebuah efek pencebakan yang penting didalam pencebakan hidrokarbon.
    5. Gas tidak selalu ditemukan pada reservoir batuan dasar terekahkan.
     6. Pada umumnya, ruang pori pada batuan dasar terdiri atas rekahan dan sesar yang diakibatkan oleh tektonik (tectonic fissure and fault), pelarutan didalam ruang rekahan (dissolved interstice), dan gua (cavern). Areshev et al. (1992) menambahkan rongga terekahkan  sebagai elemen penting yang potensial pada reservoir di Vietnam. Tipe dari pori itu adalah terdistribusi sangat tidak simetris, dan itu menjadikan porositas dan permeabilitas adalah sangat heterogen (highly heterogeneous).
         7. Jika diperhatikan pada bagian atas dari reservoir batuan dasar, sebuah peningkatan derajat pelapukan akan dijumpai, itu merupakan pertanda awal, pada sesuatu kasus, untuk sebuah perubahan yang gradasional (gradational transition) pada batuan sedimen yang melapisinya. Porositas dalam butiran (intergranular porosity) yang sama pada batu pasir dapat dijumpai pada kasus ini.
   8. Reservoir batuan dasar dikarakteristikkan dengan batuan reservoir yang tebal dan produksi dari sebuah sumur mungkin berkisar dari nol sampai tinggi, tergantung dari tipe dan distribusi pori. Bentuk kerucut dan menjari air sering hadir, tetapi dapat terbentuk oleh pemasukancompletion dan produksi dari bagian bawah.
       9. Cadangan dari reservoir batuan dasar dapat sangat besar, tetapi itu disertai dengan ketidakpastian yang tinggi.


Gambar Sebuah Sketsa Skema Sebuah Reservoir Batuan Dasar dan Pengumpulan Hidrokarbon dari Batuan Sumber (Harvey dkk, 2005)

       Gambar di atas menunjukkan sebuah sketsa skema dari kondisi migrasi dan akumulasi dengan tipe seperti yang dijumpai pada reservoir batuan dasar. Keberadaan minyak  pada batuan dasar  digunakan oleh beberapa ahli geologi sebagai  sebuah argument untuk mendukung hipotesisi asal muasal minyak secara inorganik, seperti yang dikemukakakan oleh  Porfirev (1974), Gold& Scoter (1980). Sekarang , bagaimanapun, itu adalah bukti yang rumit untuk berpikir bahwa kondisi terakumulasinya minyak pada reservoir batuan dasar tidak berbeda dari kondisi lain pada beberapa reservoir konvensional. Potensi dari reservoir batuan dasar  diperkenalkan awal  oleh Eggleston (1849).

Batuan Induk ( sourcerock )

       Adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang terendapkan oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon seperti selayaknya. Justru karbonat terendapkan dan menjadi batu. Contoh dari batuan source rock adalah batu gamping, dan kini telah di temukan hidrokarbon yang terbentuk dari batu bara.


            Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi. Yaitu :
  1. TOC ( total organic karbon ) merupakan kuantitas dari karbon organic yang terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan semakin baik source rock tersebut dan kemungkinan terbentuknya hidrokarbon akan semakin tinggi. TOC yang dapat menghasilkan adalah di atas 1 % .
  2. Kerogen merupakan kualitas dari carbon organic yang terendapkan dala batuan tersebut. Keregon akan menentukan hidrokarbon yang akan di bentuk. Kerogen ada beberapa tipe . diantaranya :
  a.      Kerogen tipe I
-          Terbentuk di perairan dangkal
-          Berasal dari algae yang bersipat lipid
-          H/C > 1.5 dan O/C < 0,1
-          Menghasikan minyak
  b.      Kerogen tipe II
-          Terbentuk di marine sedimen
-          Berasal dari algae dan protozoa
-          H/C antara 1,2 – 1,5 dan O/C antara 0,1-0,3
-          Menghasilkan minyak dan gas
  c.       Kerogen tipe III
-          Terbentuk di daratan
-          Berasal dari tumbuhan daratan
-          H/C < 1,0 dan O/C > 0,3
-          Menghasilkan gas
  d.      Kerogen tipe IV
-          Telah mengalami oksidasi sebelum terendapkan , sehingga kandungan karbon telah terurai sebelum terendapkan
-          Tidak menghasilkan hidrokarbon

  3. Maturity atau pametangan adalah proses perubahan zat-zat organic menjadi hidrokarbon. Proses pematangan di akibatkan kenaikan suhu di dalam permukaan bumi. Maturity di bagi 3 Yaitu :
       a. Immature adalah sourcerock yang belum mengalami perubahan menjadi hidrokarbon
       b. Mature adalah source rock yang sedang mengalami perubahan menjadi hidrokarbon
   c. Overmature adalah source rock yang telah mengalami pematangan menjadi hidrokarbon.

A.1 Source Rock
        Dalam Petroleum geology, batuan induk mengacu pada batuan dimana hidrokarbon telah atau mampu dihasilkan. Mereka membentuk salah satu elemen penting dari sebuah sistem petroleum. Source Rock adalah sedimen yang kaya akan material organik yang mungkin telah terdeposit dalam berbagai lingkungan termasuk deep water marinelacustrine dan delta. Tipe-Tipe Source Rock :

Source Rock Tipe 1
     terbentuk dari sisa-sisa alga yang terdeposit dalam kondisi anoxic di danau yang dalam. Tipe ini cenderung untuk menghasilkan minyak mentah yang waxy ketika diberikan tekanan panas selama terkubur dalam.

Source Rock Tipe 2
     terbentuk dari plankton laut dan sisa-sisa bakteri diawetkan dalam kondisi anoxic di lingkungan laut: mereka menghasilkan minyak dan gas ketika mengalami crack panas saat penguburan yang mendalam.

Source Rock Tipe 3
      terbentuk dari bahan tanaman darat yang telah didekomposisi oleh bakteri dan jamur dalam kondisi oxic atau sub-oxic: mereka cenderung untuk menghasilkan sebagian besar gas dengan minyak ringan. Sebagian besar batu bara termasuk dalam tipe 3.

Faktor Terbentuknya Source Rock Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi. Yaitu :
1. TOC ( total organic karbon ) merupakan kuantitas dari karbon organic yang terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan semakin baik source rock tersebut dan kemungkinan terbentuknya hidrokarbon akan semakin tinggi. TOC yang dapat menghasilkan adalah di atas 1 % .
2. Kerogen merupakan kualitas dari carbon organic yang terendapkan dala batuan tersebut. Keregon akan menentukan hidrokarbon yang akan di bentuk. Kerogen ada beberapa tipe . diantaranya :

a. Kerogen tipe I Terbentuk di perairan dangkal Berasal dari algae yang bersipat lipid H/C > 1.5 dan O/C < 0,1 Menghasikan minyak

b. Kerogen tipe II Terbentuk di marine sedimen Berasal dari algae dan protozo H/C antara 1,2 – 1,5 dan O/C antara 0,1-0,3 Menghasilkan minyak dan gas

c. Kerogen tipe III Terbentuk di daratan Berasal dari tumbuhan daratan H/C < 1,0 dan O/C > 0,3 Menghasilkan gas
 d. Kerogen tipe IV Telah mengalami oksidasi sebelum terendapkan , sehingga kandungan karbon telah terurai sebelum terendapkan Tidak menghasilkan hidrokarbon 3. 

    Maturity atau pematangan adalah proses perubahan zat-zat organic menjadi hidrokarbon. Proses pematangan di akibatkan kenaikan suhu di dalam permukaan bumi. Dimana maturity di bagi 3 Yaitu antara lain :
a.  Immature adalah sourcerock yang belum mengalami perubahan menjadi hidrokarbon

b.  Mature adalah source rock yang sedang mengalami perubahan menjadi hidrokarbon

c. Overmature adalah source rock yang telah mengalami pematangan menjadi hidrokarbon.

A.2 Reservoir Rock
     Semua minyak yang dihasilkan oleh source rock tidak akan berguna kecuali bermigrasi sampai tersimpan dalam wadah yang mudah diakses, sebuah batu yang memiliki ruang untuk "menyedot” hidrokarbon. Reservoir rock adalah tempat minyak bermigrasi dan berada dibawah tanah. Sebuah batu pasir memiliki banyak ruang di dalam dirinya sendiri untuk menjebak minyak, seperti spons memiliki ruang dalam dirinya sendiri untuk menyerap air. Karena alasan inilah batupasir menjadi batuan reservoir yang paling umum. Batu gamping dan dolostones, beberapa di antaranya adalah sisa-sisa kerangka terumbu karang kuno, adalah contoh lain dari batuan reservoir.Meskipun Seal Rock mencegah minyak dari bergerak melalui mereka, mereka tidak selalu menghalangi minyak bergerak di sekitar mereka. Untuk mencegah itu, diperlukan semacam  jebakan geologi.

 A.4 Trap
    Sebuah konfigurasi batuan yang cocok untuk menjebak hidrokarbon oleh formasi yang relatif kedap melalui mana hidrokarbon tidak akan bermigrasi. Perangkap digambarkan sebagai :
•Perangkap Structural Perangkap Hidrokarbon yang terbentuk dalam struktur geologi seperti lipatan dan patahan

•Perangkap Stratigrafi Perangkap Hidrokarbon yang dihasilkan dari perubahan jenis batuan atau pinch-out, ketidakselarasan, atau fitur sedimen lainnya seperti terumbu atau buildups

•Perangkap Kombinasi Kombinasi antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak minyak bumi. Jebakan merupakan komponen penting dari sistem petroleum

A.5 Generation–migration –accumulation of hydrocarbons
Generasi tergantung pada tiga faktor utama:
• adanya bahan organik cukup kaya untuk mengh
asilkan hidrokarbon,

•suhu yang memadai,

• dan waktu yang cukup untuk membawa batuan hingga
matang.

• Tekanan dan adanya bakteri dan katalis juga mempengaruhi generasi.

• Generasi merupakan fase kritis dalam pengembangan sistem petroleum.

       Migrasi adalah Pergerakan hidrokarbon dari sumber mereka ke batuan reservoir.
• Pergerakan hidrokarbon baru yang dihasilkan keluar dari batuan induk mereka adalah migrasi utama, disebut juga expulsion

• Gerakan lebih lanjut dari hidrokarbon dalam batuan reservoir kedalam perangkap hidrokarbon atau daerah lain akumulasi adalah migrasi sekunder.

• Migrasi biasanya terjadi dari daerah struktural rendah ke daerah yang lebih tinggi di bawah permukaan karena daya apung relatif hidrokarbon dibandingkan dengan batuan sekitarnya.

• Migrasi dapat lokal atau dapat terjadi di sepanjang jarak ratusan kilometer di cekungan sedimen yang besar, dan

• penting untuk pembentukan sistem petroleum yang layak.
  Akumulasi adalah Tahap dalam pengembangan Petroleum System  di mana hidrokarbon bermigrasi ke dan tetap terjebak dalam reservoir

B. Rock Properties
Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu batuan reservoir adalah harus mempunyai kemampuan untuk menampung dan mengalirkan fluida yang terkandung di dalamnya. Dan hal ini dinyatakan dalam bentuk permeabilitas dan porositas. Porositas dan permeabilitas ini sangat erat hubungannya sehingga dapat dikatakan bahwa permeabilitas adalah tidak mungkin tanpa porositas walaupun sebaliknya belum tentu demikian, karena batuan yang bersifat porous belum tentu mempunyai sifat kelulusan terhadap fluida yang melewatinya. Sifat-sifat batuan yang lainnya adalah : wettabilitas, tekanan kapiler, saturasi dan kompresibilitas batuan.

1. Porositas ()
       Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
   a. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen,
  
   b.Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.

b. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses pengendapan. Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan

2. Permeabilitas
       Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk meloloskan/melewatkan fluida.  Apabila media berporinya tidak saling berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif. Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran air yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy. Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang melewatkan fluida dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1 atm/cm.
Persamaan 4 Darcy berlaku pada kondisi : 
    · Alirannya mantap (steady state)
    · Fluida yang mengalir satu fasa
    · Viskositas fluida yang mengalir konstan
    ·  Kondisi aliran isothermal
    ·  Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
    ·  Fluidanya incompressible\

 Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
   · Permeabilitas absolute (Kabs) Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya hanya minyak atau gas saja.

  · Permeabilitas efektif (Keff) Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas dan air.

  · Permeabilitas relatif (Krel) Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu terhadap permeabilitas absolute. Harga permeabilitas relative antara 0 – 1 darcy.

3. Saturasi
          Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg),

4. Resistivity
      Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-pori. Padatan-padatan mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan reservoir tergantung pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan gas bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat menghantarkan arus listrik apabila air melarutkan garam.  Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik. Untuk menentukan apakah material didalam reservoir bersifat menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus listrik.

5. Wettability
       Wettability didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.

6. Tekanan Kapiler
     Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi statis.

1 Pengertian Source Rock
Ada beberapa pengertian dari batuan induk ataupun sorce rock yaitu sebagai berikut :
1. Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang memiliki kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985)
2. Pengertian batuan induk adalah batuan sedimen yang sedang, akan, atau telah menghasilkan hidrokarbon (Tissot and Welte, 1984 vide Peter and Cassa, 1994).
3. Source rock adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang terendapkan oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon seperti selayaknya. Justru karbonat terendapkan dan menjadi batu
      Jadi, dapat kita simpulkan bahwa batuan induk itu adalah batuan sedimen yang bisa menghasilkan hidrokarbon. Pada bukti yang terdapat pada data-data geokimia, hidrokarbon berasal dari material organik yang terkubur dalam batuan sedimen yang disebut batuan induk. Untuk mengetahui dan memperkirakan distribusi dan jenis dari batuan induk dalam ruang dan waktu, sangat penting untuk mengetahui sumber biologis dari petroleum. Lapisan batuan induk (source beds) terbentuk ketika sebagian kecil dari karbon organik yang bersikulasi dalam siklus karbon di bumi tekubur dalam lingkungan sedimentasi dimana oksidasi terhalang untuk dapat berlangsung.
Ada beberapa istilah mengenai batuan induk yang harus kita pahami, antara lain :
1.      Batuan Induk efektif (effective source rocks) adalah batuan sedimen yang sudah menghasilkan dan mengeluarkan (expelled) hidrokarbon
2.      Batuan induk yang mungkin (possible source rocks) adalah batuan sedimen yang potensi sumbernya belum dievaluasi, tetapi mungkin telah menghasilkan dan mengeluarkan hidrokarbon
3.      Batuan Induk potensial (potential source rocks) adalah batuan sedimen yang belum matang (immature) yang kapabilitasnya dalam menghasilkan dan mengeluarkan hidrokarbon diketahui jika tingkat kematangan termal menjadi lebih tinggi.
TABEL II.1
Kategori Batuan Induk & Kapasitas Sumbernya (waples, 1985)

Kategori Batuan Induk
Kapasitas Sumber Asal *
Kapasitas sumber tersisa
Hidrokarbon yang dihasilkan
Possible
GO
tidak terukur
tidak terukur
Potential
GO
GO
Tidak ada
Effective
GO
G
GO-G
Effective
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

§  GO tidak perlu sama untuk semua batuan; G = diukur sebagai kapasitas sumber yang tersisa; GO = tidak dapat diukur langsung dari sampel yang HC generated; tapi dari immature source rocks, dimana GO dan G adalah identik
§  GO-G = HC generated
Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari garam karbonat. Dalam prakteknya adalah terutama batugamping dan dolomit. Karbonat mempunyai keistimewaan dalam cara terbentuknya, yaitu hanya dari larutan, praktis tidak ada sebagai detritus daratan. Pembentukan batuan karbonat secara kimia, tetapi yang penting adalah turut sertanya organisme di dalam batuan karbonat.
Ada 5 (lima) mekanisme penting yang dapat menerangkan bagaimana terjadinya pengendapan CaCO3 dan bertambahnya CO2 yang dapat terlarut dalam air (Blatt, 1982), yaitu :
1. Bertambahnya suhu dan penguapan. Dari semua gas yang ada, hanya sedikit yang dapat larut dalam air panas dan hal ini yang menyebabkan mengapa batuan karbonat terbentuk hanya pada laut di daerah tropis dan subtropis, jarang didapatkan pada daerah dingin dekat kutub atau pada daerah laut dalam.
2. Pergerakan air. Bergerak air yang disebabkan oleh angin atau badai akan mengakibatkan kalsium dari organisme pembentuk karang dan lumpur karbonat bergerak berpindah ke atas permukaan air.
3. Penambahan salinitas. Karbon dioksida kurang larut dalam air garam bila dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar, sehingga dengan bertambahnya salinitas akan menyebabkan karbon dioksida terbebas. Bertambahnya salinitas biasanya akibat dari penguapan dan dapat menambah jumlah kalsium sebanding dengan jumlah ion karbon.
4. Aktivitas organik. Alga dan koral mempunyai proses yang berbeda satu sama lain namun saling membutuhkan dimana alga menghirup karbon dioksida dan akan mengeluarkan oksigen selama berlangsungnya proses fotosintesa, sedangkan koral menghirup O2 dan akan mengeluarkan CO2.
5. Perubahan tekanan. Air hujan mengandung sejumlah karbon dioksida mengikat jumlah udara yang banyak, selanjutnya air hujan tersebut masuk dan melewati zona tanah dengan tekanan karbon dioksida lebih besar dibandingkan di atmosfir, akibatnya air tanah menjadi kaya akan karbon dioksida. Bila air tanah tersebut masuk ke dalam sebuah gua maka karbon akan larut dalam air dan menyebabkan terbentuknya kenampakan seperti stalaktit dan stalagmit.
Hal lain adalah terbentuknya tekstur klastik pada batuan karbonat sebagai fragmentasi atau pembentukan sekunder (contoh : oolith), dan pengendapannya menyerupai detritus.
II.2 Proses Pengendapan Ganggang dan Pemasakan Batuan Induk
        Source rock kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang – cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon. Hidrokarbon membentuk salah satu elemen penting dari sebuah kerja sistem petroleum. 
      Hidrokarbon adalah batuan sedimen yang kaya akan kandungan material organik yang mungkin telah tersimpan dalam berbagai lingkungan termasuk laut air dalam, lakustrin, dan delta bahan organik tersebut misalnya ganggang. Jadi ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentu saja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan induk) yang kaya mengandung unsur karbon (high TOC-Total Organic Karbon). 
         Setelah ganggang mati dan berkumpul menjadi batuan induk, maka batuan induk ini akan terkubur di bawah batuan-batua lainnya yang beralngsung dalam kurun waktu yang lama dan juga tertutp oleh bataun reservoir. Kemudian source rock itu akan dimasak oleh panas bumi yang disebut dengan istilah geothermal. Ilustrasinya seperti berikut :
   Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini karena adanya proses pemanasan dari panasa bumi. Juga diketahui semakin dalam batuan induk akan semakin panas dan akhirnya menghasilkan minyak. Proses pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya. Daerah yang dingin adalah daerah yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien geothermal tinggi.
      Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel periodik, karbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4 (tetravalen), yang berarti bahwa terdapat empat elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen. Terdapat tiga macam isotop karbon yang ditemukan secara alami, yakni 12C dan 13C yang stabil, dan 14C yang bersifat radioaktif dengan waktu paruh peluruhannya sekitar 5730 tahun. Karbon merupakan salah satu dari di antara beberapa unsur yang diketahui keberadaannya sejak zaman kuno. Istilah “karbon” berasal dari bahasa Latin carbo, yang berarti batu bara.
       Karbon memiliki beberapa jenis alotrop, yang paling terkenal adalah grafit, intan, dan karbon amorf. Sifat-sifat fisika karbon bervariasi bergantung pada jenis alotropnya. Sebagai contohnya, intan berwarna transparan, manakala grafit berwarna hitam dan kusam. Intan merupakan salah satu materi terkeras di dunia, manakala grafit cukup lunak untuk meninggalkan bekasnya pada kertas. Intan memiliki konduktivitas listik yang sangat rendah, sedangkan grafit adalah konduktor listrik yang sangat baik. Di bawah kondisi normal, intan memiliki konduktivitas termal yang tertinggi di antara materi-materi lain yang diketahui. Semua alotrop karbon berbentuk padat dalam kondisi normal, tetapi grafit merupakan alotrop yang paling stabil secara termodinamik di antara alotrop-alotrop lainnya.
         Adapun karakteristik carbon memiliki berbagai bentuk alotrop yang berbeda-beda, meliputi intan yang merupakan bahan terkeras di dunia sampai dengan grafit yang merupakan salah satu bahan terlunak. Karbon juga memiliki afinitas untuk berikatan dengan atom kecil lainnya, sehingga dapat membentuk berbagai senyawa dengan atom tersebut. Oleh karenanya, karbon dapat berikatan dengan atom lain (termasuk dengan karbon sendiri) membentuk hampir 10 juta jenis senyawa yang berbeda. Karbon juga memiliki titik lebur dan titik sublimasi yang tertinggi di antara semua unsur kimia. Pada tekanan atmosfer, karbon tidak memiliki titik lebur karena titik tripelnya ada pada 10,8 ± 0,2 MPa dan 4600 ± 300 K, sehingga ia akan menyublim sekitar 3900 K.
       Karbon dapat menyublim dalam busur karbon yang memiliki temperatur sekitar 5800 K, sehingga tak peduli dalam bentuk alotrop apapun, karbon akan tetap berbentuk padat pada suhu yang lebih tinggi daripada titik lebur logam tungsten ataupun renium. Walaupun karbon secara termodinamika mudah teroksidasi, karbon lebih sulit teroksidasi daripada senyawa lainnya (seperti besi dan tembaga).

II.3 Jenis-Jenis dan Syarat-Syarat Sebagai Batuan Induk (source rock)
       Dalam geologi minyak bumi, batu mengacu pada batuan sumber dari mana hidrokarbon telah dihasilkan atau mampu dihasilkan. Mereka membentuk salah satu elemen penting dari sebuah kerja sistem petroleum . Mereka adalah organik sedimen yang kaya yang mungkin telah disimpan dalam berbagai lingkungan termasuk laut air dalam, lakustrin dan delta . serpih minyak dapat dianggap sebagai source rock organik kaya tapi belum matang dari mana minyak sedikit atau tidak telah dihasilkan dan dikeluarkan.
         Batuan induk (source rock) diklasifikasikan dari jenis kerogen bahwa mereka mengandung, yang pada gilirannya mengatur jenis hidrokarbon yang akan dihasilkan :
a. Tipe 1 batuan sumber terbentuk dari alga masih diendapkan di bawah anoksik kondisi di dalam danau : mereka cenderung menghasilkan minyak mentah lilin ketika diberikan stres termal selama penguburan yang mendalam
b. Tipe 2 sumber batuan terbentuk dari plankton laut dan bakteri tetap dipertahankan dalam kondisi anoxic di lingkungan laut: mereka menghasilkan baik minyak dan gas ketika termal retak selama penguburan dalam.
c. Tipe 3 batuan sumber terbentuk dari bahan tanaman darat yang telah diurai oleh bakteri dan jamur dalam kondisi oxic atau sub-oxic: mereka cenderung menghasilkan sebagian besar gas dengan minyak ringan terkait ketika termal retak selama penguburan dalam. Kebanyakan serpih bara dan hitam legam umumnya Tipe 3 batuan sumber.
        Semua batuan induk tersebut berpotensial memproduksi minyak dan gas kecuali tipe III yang khusus memproduksi gas. Jenis-jenis dan kejadian dari ketiga tope batuan induk tersebut dapat dilihat pada gambar. Adapun salah satu contoh dari batuan induk adalah batu gamping.
      Batuan sumber tertentu yang disebut sebagai ‘kelas dunia’, yang berarti bahwa mereka tidak hanya dari kualitas yang sangat tinggi tetapi juga tebal dan distribusi geografis yang luas. Contoh:
a. Devon Tengah untuk menurunkan minyak Mississipian anoksik luas laut dan tempat tidur sumber gas di Benua Tengah dan Appalachia : (misalnya serpih Bakken dari Basin Williston , yang Shale Antrim dari Cekungan Michigan , yang Shale Marcellus dari Appalachian Basin ).
b. Kimmeridge tanah liat – ini Jurassic atas laut batulumpur atau setara stratigrafi yang dihasilkan sebagian besar minyak yang ditemukan di Laut Utara dan Laut Norwegia
c. La Luna serpih – Pembentukan Turonian dihasilkan sebagian besar minyak di Venezuela
d. Akhir Karbon bara – bara yang dihasilkan dari usia ini sebagian besar gas di selatan Laut Utara, Cekungan Belanda dan barat laut Jerman Basin
e. Pembentukan Hanifah – Jurassic atas ini kaya karbonat Unit dilaminasi telah bersumber minyak di raksasa Ghawar lapangan di Arab Saudi
Sedangkan Peter dan Cassa (1994) membagi atas 5 jenis batuan induk, yaitu :
1.      Poor source rock 0 – 0.5 % TOC
2.      Fair source rock 0.5 – 1 % TOC
3.      Good source rock 1-2 % TOC
4.      Very good source rock 2-4% TOC
5.      Excellent >4 % TOC

Adapun syarat-syarat sebagai batuan induk yaitu
1.      Mengandung kadar organik yang tinggi
2.      Mempunyai jenis kerogen yang berpotensi menghasilkan hidrokarbon dan telah mencapai kematangan tertentu sehingga dapat menghasilkan hidrokarbon.

Untuk keperluan identifikasi batuan induk, maka parameter yang dinilai dalam penginterpretasiannya adalah:
§   Kuantitas (quantity) yang dapat diperoleh dengan mengetahui persentase jumlah material organik di dalam batuan sedimen.18
§  Kualitas (quality) /Jenis kerogen. Kualitas/Jenis diketahui dengan Indeks Hidrogen yang dimiliki oleh batuan induk. Dengan mengetahui besarnya maka tipe kerogennya dapat diketahui sehingga produk yang dihasilkan pada puncak pematangan dapat pula diketahui.
§ Kematangan (maturity). Dengan mengetahui tingkat kematangan suatu batuan maka dapat diperkirakan kemampuan batuan tersebut untuk menggenerasikan minyak atau gas bumi. Tingkat kematangan suatu batuan dapat diketahui dengan pemantulan vitrinit (% Ro), indeks alterasi termal (TAI) dan temperatur maksimum pada pirolisis (Tmax).

II.4 Faktor Terbentuknya Source Rock
Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi,yaitu :
1. TOC ( total organic karbon ) merupakan kuantitas dari karbon organic yang terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan semakin baik source rock tersebut dan kemungkinan terbentuknya hidrokarbon akan semakin tinggi. TOC yang dapat menghasilkan adalah di atas 1 % .
2.   Kerogen merupakan kualitas dari carbon organic yang terendapkan dala batuan tersebut. Komposisi kerogen juga dipengaruhi proses pematangan termal (katagenesis dan metagenesis) yang mengubah kerogen tersebut.
Keunikan molekul kerogen :
1. Struktur Jaringan (patchwork structures): Kombinasi random dari banyak fragmen molekul kecil.
2. Karakter kimia dan fisika kerogen dipengaruhi oleh tipe molekul biogenik dan transformasi diagenetik molekul organik tersebut .

Kerogen akan menentukan hidrokarbon yang akan di bentuk. Kerogen ada beberapa tipe . diantaranya :
a. Kerogen tipe I
-  Terbentuk di perairan dangkal
-  Berasal dari algae yang bersipat lipid
-  H/C > 1.5 dan O/C < 0,1
-  Menghasikan minyak
b. Kerogen tipe II
-  Terbentuk di marine sedimen
-  Berasal dari algae dan protozo
-  H/C antara 1,2 – 1,5 dan O/C antara 0,1-0,3
-  Menghasilkan minyak dan gas
c. Kerogen tipe III
-  Terbentuk di daratan
-  Berasal dari tumbuhan daratan
-  H/C < 1,0 dan O/C > 0,3
-  Menghasilkan gas
d. Kerogen tipe IV
Telah mengalami oksidasi sebelum terendapkan , sehingga kandungan karbon telah terurai sebelum terendapkan
-  Tidak menghasilkan hidrokarbon

3. Maturity atau pematangan adalah proses perubahan zat-zat organic menjadi hidrokarbon. Proses pematangan di akibatkan kenaikan suhu di dalam permukaan bumi. Dimana maturity di bagi 3 yaitu antara lain :
a. Immature adalah sourcerock yang belum mengalami perubahan menjadi hidrokarbon
b.   Mature adalah source rock yang sedang mengalami perubahan menjadi hidrokarbon
c. Overmature adalah source rock yang telah mengalami pematangan menjadi hidrokarbon.
4. EOM atau zat organik yang dapat diekstraksikan (extractable organic matter), merupakan hidrokaron dan nonhidrokarbon yang dapat dilarutkan dalam CS2 atau bitumina. Volume dan sifat dari EOM menunjukkan sifat batuan induk. Pada umumnya ekstrak dari batuan induk susunan kimianya harus mengandung susunan utama dari minyak mentah.
II. 5  Analisis dan Evaluasi Batuan Induk
Ada 5 hal yang akan di perhatikan dalam analisis dan evaluasi batuan induk, yaitu :
1. Transformasi material organik
    Menurut Waples (1985), hidrokarbon berasal dari material organik tumbuhan yang telah mati pada masa lampau dengan proses pembentukan yang sangat rumit. Sampai saat ini, beberapa bagian daripada proses pembentukan hidrokarbon masih belum dapat dimengerti. Namun secara garis besar diketahui bahwa material organik ini berasal dari tumbuhan dan alga yang terlindungi dengan baik pada sedimen berbutir halus yang terendapkan pada daerah tanpa oksigen (anoksik). Kandungan organik ini akan berubah oleh adanya reaksi kimia dan biologi pada suhu yang rendah (diagenesis) yang terjadi selama proses transportasi dan pengendapan.
    Perubahan kimia pada tahapan ini akan berkurang dengan hilangnya kandungan oksigen (O2) dari material organik dalam bentuk air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Material organik yang selama diagenesis berubah menjadi molekul yang lebih besar dinamakan kerogen. Dengan bertambahnya kedalaman, porositas dan permeabilitas sedimen akan menurun, sementara suhu akan naik. Perubahan ini menyebabkan terhentinya aktivitas mikroba secara bertahap, dan pada akhirnya proses diagenesis organik akan terhenti. Dengan naiknya suhu, maka reaksi termal menjadi semakin penting.
      Selama fase berikutnya (katagenesis), kerogen mulai memisah menjadi molekul yang lebih kecil dan mudah bergerak. Pada tahap perubahan akhir (metagenesis), produk pokoknya akan terdiri dari molekul gas yang lebih kecil. Kerogen yang terbentuk dari material organik yang berbeda, atau pada kondisi diagenetik yang berbeda, akan memiliki perbedaan secara kimia satu sama lain. Adanya perbedaan ini juga akan memberi perbedaan pada karakteristik hidrokarbon yang dihasilkan.
2. Preservasi material organik
      Batuan induk, yang dicirikan oleh jumlah kandungan organik tipe tertentu akan terendapkan pada konisi tertentu. Kondisi yang tepat untuk pembentukan sedimen yang kaya kandungan organik adalah sebagai berikut:
– Suplai detritus yang kaya material organik dalam jumlah yang banyak
– Terlindungi dari proses oksidasi biogenik/ abiogenik
– Sedimentasi pada daerah dengan energi rendah
– Transportasi yang cepat menuju permukaan pengendapan
      Kondisi anoksik (depleted oxygen) diperlukan dalam preservasi material organik pada suatu lingkungan pengendapan, dikarenakan kondisi lingkungan ini akan membatasi aktivitas bakteri aerobik dan organisme biturbasi yang sangat berperan dalam pengrusakan material organik. Kondisi anoksik berkembang dimana kebutuhan oksigen lebih besar daripada suplai oksigen. Oksigen biasanya dikonsumsi oleh proses pembusukan (degradasi) zat organik yang telah mati, dimana kebutuhan oksigen amat besar pada area dimana produktivitas organik yang tinggi. Pada lingkungan berair (aquatic), suplai oksigen dikontrol oleh sirkulasi air yang mengandung oksigen dan berkurang pada kondisi pada dasar air yang stagnan.
3. Analisis kerogen
       Material organik akan terpendam dalam sedimen (batuan induk) dalam bentuk yang disebut kerogen. Pengukuran geokimia dapat digunakan untuk menentukan kadar dan tingkat kematangan termal batuan ini. Pengukuran potensi untuk menghasilkan hidrokarbon ditentukan oleh pengukuran Total Organic Carbon (TOC) dan pyrolysis yield. Batuan dengan pyrolysis yield lebih besar dari 5 kg/ ton disebut batuan induk efektif. Untuk peralatan geokimia yang lebih modern lagi, seperti gas chromatography dan studi isotop dapat digunakan untuk menentukan produk hidrokarbon dan juga untuk aplikasi lain, seperti korelasi batuan induk dengan minyak bumi.
      Deskripsi kerogen secara visual (optical) juga dapat menjadi petunjuk yang berguna untuk mengetahui potensi dan tipe hidrokarbon. Dari pengamatan secara mikroskopik pada cahaya refeksi (reflected light), kerogen dapat diklasifikasikan kepada grup exinite, vitrinite, and inertinite. Grup exinite terdiri dari maseral dengan potensi minyak yang signifikan, sementara grup vitrinit adalah penghasil gas (gasprone). Grup intertinit tidak mempunyai potensi untuk menghasilkan hidrokarbon. Pengukuran dari vitrinite reflectance sering digunakan untuk pengukuran index kematangan thermal.

TABEL II.2
Potensi sumber dari Immature Kerogen Berdasarkan Indeks Hidrogen
Hidrogen Indeks (mg HCg/TOC
Principal Product
Relative Quantity
< 150
gas
Small
150-300
Oil + gas
Small
300-450
Oil
Moderate
450-600
Oil
Large
> 600
Oil
Very Large


4. Indikator kematangan termal
        Vitrinite reflectance adalah indicator kematangan batuan induk yang paling sering digunakan, dilambangkan dengan Ro (Reflectance in oil). Nilai Ro untuk mengukur partikel-partikel vitrinite yang ada dalam sampel amat bervariasi. Untuk menjamin kebenaran pengukuran, maka penentuan nilai Ro diperlukan secara berulang pada sampel yang sama. Bila distribusi dari vitrinite reflectance adalah bimodal, maka ada kemungkinan telah terjadi reworking. Skala vitrnite relectance yang telah dikalibrasikan oleh berbagai parameter kematangan yang lain oleh studi minyak dan gas adalah sebagai berikut:
– Ro < 0.55 belum matang (immature)
– 0.55 < Ro < 0.8 telah menghasilkan minyak dan gas bumi
– 0.8 < Ro < 1.0 minyak berubah menjadi gas bumi (zona kondensat gas)
– 1.0 < Ro < 2.5 dry gas
     Vitrinite reflectance adalah indikator kematangan termal yang sangat baik pada Ro antara 0.7 dan 0.8. Salah satu penggunaan vitrinite reflectance yang juga penting dalam analisis cekungan (basin analysis) adalah kalibrasi sejarah termal (thermal history) dan sejarah pengendapan (burial history) dengan tingkat kematangan pada masa sekarang.
5. Akumulasi dan pembentukan minyak bumi
       Hidrokarbon terbentuk ketika batuan induk telah menghasilkan dan mengeluarkan hidrokarbon. Hidrokarbon ini seterusnya akan mengalir melalui lapisan pembawa (carrier bed) menuju perangkap (trap). Hidrokarbon dihasilkan sebagai reaksi dari perpecahan kimiawi kerogen (chemical breakdown) bersamaan dengan bertambahnya suhu. Dengan keluarnya hidrokarbon dari batuan induk, maka sisa kerogen akan berubah menjadi residu karbon. Suhu dan waktu adalah faktor terpenting dari pecahnya kerogen. Keluarnya hidrokarbon dari batuan induk kemungkinan terjadi akibat adanya perpecahan mikro (micro-fracturing) pada batuan induk setelah terjadi overpressure akibat terbentuknya hidrokarbon.
     Batuan induk yang miskin tidak akan menciptakan cukup minyak untuk mengakibatkan ekspulsi hidrokarbon. Pada tingkat kematangan yang lebih lanjut, maka minyak akan akan berubah menjadi gas yang lebih mudah untuk lepas dari batuan induk. Untuk batuan induk yang kaya, efisiensi dari pengeluaran minyak cukup tinggi (60 – 90 %). Lepasnya hidrokarbon dari batuan induk ke lapisan pembawa (carrier bed) disebut juga migrasi primer (primary migration). Perpindahan hidrokarbon melalui lapisan pembawa yang porous dan permeable menuju perangkap (traps) disebut juga migrasi sekunder (secondary migration). Kekuatan utama dibalik migrasi sekunder adalah adanya buoyancy yang diakibatkan oleh adanya perbedaan densitas antara minyak (atau gas) dan air pada pori pori batuan.
        Sedangkan yang menahan buoyancy ini adalah tekanan kapiler (capillary pressure). Tekanan kapiler akan semakin naik dengan semakin kecilnya pori pori batuan. Selama migrasi sekunder (secondary migration), hidrokarbon cenderung mengalir melalui jaringan pori pori batuan yang saling berhubungan pada lapisan penghantar (carrier bed) daripada meliputi volume lapisan penghantar secara keseluruhan. Perpindahan akan terhenti pada saat hidrokarbon melalui pori batuan yang lebih kecil dimana tekanan kapiler (capillary pressure) akan lebih besar dari gaya buoyancy dari kolom minyak. Sistem pori ini disebut juga sebagai lapisan penutup (seal) dengan tinggi maksimum kolom minyak yang dapat ditahan oleh lapisan penutup (seal) dapat dihitung. Hidrokarbon cenderung untuk pindah searah dengan kemiringan (true dip) pada bagian atas dari lapisan penghantar (carrier bed). Oleh karena itu peta struktur kontur dapat digunakan untk mebuat model arah migrasi. Selama migrasi yang panjang (sebagai contoh pada foreland basin), hidrokarbon akan mengalir terpusat pada tinggian regional (regional high).
       Hilangnya hidrokarbon pada saat migrasi sekunder (secondary migration) sangat sulit untuk dihitung. Akhirnya, hidrokarbon akan terperangkap dalam reservoar yang yang disemuti oleh lapisan penghambat (seal). Hidrokarbon ini akan berubah secara fisik dan kimia oleh proses biodegradasi, water washing, deeasphalting dan alterasi termal pada perangkap tersebut
II.6  Potensi Batuan Induk Contoh-Contoh Formasi Batuan Yang MengandungSource Rock Di Cekungan Sumatera Selatan.
     Batuan Induk yang potensial berasal dai batulempung hitam Formasi Lahat, lignit (batubara), batulempung Formasi Talang Akar dan Batulempung Formasi Gumai. FOrmasi Lahat mengalami perubahan fasies yag cepat kea rah lateral sehingga dapat bertindak sebagai batuan induk yang baik dengan kandungan material organiknya 1.2 –  5%.
Formasi Lahat diendapkan dibagian graben dan dibagian tengah Subsekungan Palembeng. Landaian suhu berkisar 4.8 – 5.5o C/100 m, sehingga kedalaman pembentukan minyak yang komersil terdapat pada kedalaman 2000 – 3000 m.
    Fomasi yang paling banyak menghasilkan minyak yang diketahui hingga saat ini adalah Formasi Talang Akar, dengan kandungan material organic yang berkisar 0.5 – 1.5%. Diperkirakan dibagia tengah cekungan Formasi Talang Akar telah encapai tingkatan lewat matang. Minyak  di Cekungan Sumatera Selatan berasal dai batuan induk yang mengandung kerogen wax.
        Formasi Gumai mempunyai kandungan material organik yang berkisar 1 – 1.38% di Subcekungan Jambi, sedangkan di Subcekungan Palembang tidal ada data yang menunjukan bahwa formasi ini dapat bertindak sebagai batua induk.
      Kandungan Material organik pada Formasi Air Benakat berkisar antara 0.5 – 50%, karena pada Formasi ini banyak mengandung lapisan lignit. Tetapi kadungan rata-ratanya adalah 1.1%. Temperatur jendela minyak (oil window) adalah 115 oC pada kedalaman 1700 m, sedangkan jendela gas (gas window) adalah 320 oC pada kedalaman 2500m.
          Sebagaimana telah kita ketahui bahwa salah satu contoh dari batuan induk adalah batu gamping. Pada kolom tersebut, batu gamping banyak terdapat pada formasi Baturaja dan Gumai. Selain itu terdapat pasir gampingan pada formasi Talangakar juga terdapat unsur-unsur gamping pada formasi Air Benakat.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Source rock atau batuan induk itu adalah batuan sedimen yang bisa menghasilkan hidrokarbon yang sangat penting peranannya dalam sumberdaya energy
2. Source rock berasal dari pengendapan ganggang atau fosil-fosil organiak dalam kurun waktu yang sangat lama
3. Source rock mengalami pemanasan dari geothermal, yang akan menghasilkan minyak bumi
4. Adapun syarat-syarat sebagai batuan induk yaitu
A. Mengandung kadar organik yang tinggi
B. Mempunyai jenis kerogen yang berpotensi menghasilkan hidrokarbon dan telah mencapai kematangan tertentu sehingga dapat menghasilkan hidrokarbon.
5. Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu :
A. TOC (total organic carbon) merupakan kuantitas dari karbon organik yang terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan semakin baik source rock tersebut dan kemungkinan terbentuknya hidrokarbon akan semakin tinggi. TOC yang dapat menghasilkan adalah di atas 1 % .
B. Kerogen merupakan kualitas dari karbon organic yang terendapkan dalam batuan tersebut. Kerogon akan menentukan hidrokarbon yang akan di bentuk.
C.  Maturity atau pematangan adalah proses perubahan zat-zat organik menjadi hidrokarbon. Proses pematangan diakibatkan kenaikan suhu di dalam permukaan bumi.
III.2 Saran
       Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat memberikan kita pemahaman mengenai  batuan induk dan bermanfaat untuk ke depannya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar